Selasa, 07 Agustus 2012

FOSAR


Oleh : Lathifa Adilla

Senja langit menyapaku, semakin membawaku ke alam penuh ekspresi. Kebisingan sekitarpun tak menggoyahkanku dalam diam, duduk tenang menekuri tulisan-tulisan yang ada di hadapanku. Berbanding terbalik dengan jari-jemariku yang tengah menari, sibuk menulis. Dukungan dari kelembutan angin yang berhembus seakan tak ingin aku beranjak dari teras rumah. Membiarkanku terus terbuai dalam syahdu. Namun pada akhirnya aku menyerah ketika alunan merdu sang muadzin terdengar. Akupun bangkit dari dudukku untuk melaksanakan sholat magrib.
            Lepas dari segala aktivitas, malampun menjadi muara untuk membebaskan diri dari lelah.
“Sepertinya sudah engkap semua.” Gumamku malam itu pada diri sendiri.
           Kembali aku memastikan agar benda-benda yang ada di hadapanku sesuai dengan daftar yang tengah kupegang. Tak ada yang terlewat. Awal yang baik. Kemudian akupun menghampiri tempat tidur. Mengumpulkan energy untuk besok dan tak boleh terlambat dating ke sekolah. Aku bersemangat.
            FOSAR. Forum Silaturrahmi Antar ROHIS. Begitu yang tertera dalam sebuah kertas yang ku dapat dua hari yang lalu. Sebuah organisasi yang menaungi rohis-rohis sekolah di Lampung Selatan. Sebelumnya, aku sudah mengenalnya ketika ia pertama kali ada. Pada saat itu aku duduk di bangku kelas delapan. Aku dan beberapa teman sekolahku menghadiri sebuah acara yang dulu tak kupahami. Mungkin acara itu bias dibilang seperti syuro atau musyawarah. Di sana tak hanya kami, tetapi juga banyak teman dari beberapa sekolah lainnya. Bahkan tak hanya siswa SMP sepertiku, tak sedikit mba-mba yang mengenakan seragam putih abu-abu kudapati di ruangan itu. Pandanganku beralih kepada sosok yang tengah berbicara di depan. Beliau berbicara dengan penuh semangat, kepada kami yang berada di hadapannya. Beliau mengedarkan pandangan mulai dari barisan ikhwan sampai ke barisan akhwat. Lalu bayangan yang muncul dalam ingatanku kemudian, beberapa akhwat dan ikhwan saling berdiskusi secara terpisah. Salah seorang di antara kerumunan akhwat adalah temanku yang kemudian terpilih sebagai sekretaris keputrian setelah diskusi yang terjadi antara mereka. Peresmian nama forum yang menjadi cita-cita para senior pejuang dakwah dan akan menjadi sarana para penerus mujahadahpun disepakati. Baru kemudian aku tau tujuan dari acara kala itu. Sehingga, lahirlah nama FOSAR yang kemudian dilengkapi dengan adanya pembina dan ketua serta ketua khusus keputrian.
            Matahari masih malu menampakkan dirinya. Situasi di luarpun masih lengang. Hiruk pikuk kemudian memecah kesunyian setelah sang mentari berani menampakkan dirinya. Akupun di antaranya, melangkahkan kaki menuju kelas sebelas setelah sampai di gerbang sekolah.
            “Tenda udah ?”
            “Udah.”
            “Kompor ?”
            “Udah.”
            “Lampu, tali ?”
            “Udah lengkap semua kak.” Khairul menjawab pertanyaanku dengan mantap.
            Ketua ROHIS itu sebelumnya tampak sibukmenyiapkan perlengkapan kelompok yang harus dibawa. Tak luput dari bantuan teman-teman lainnya. Kemuadian, aku berserta teman-teman lainnya berkumpul di mushola sekolah sebelum keberangkatan kami. Setelah memastikan persiapan sudah lengkap, siang itu usai pulang sekolah kami berangkat. Bismillaahirrahmaanirrahiim, mengawali keberangkatan kami dengan berdo’a terlebih dahulu. Semoga Allah meridloi kami.
            Beberapa tenda sudah berdiri kokoh di taman masjid agung kebanggaan warga kota kecil kami. Beberapa tenda lainnya sedang didirikan. Subhaanallaah. Akupun bersama teman-teman menuju perkemahan akhwat, tentu saja Khairul dan teman-temannya menuju perkemahan ihkwan. Karena memang terpisah.
            Masing-masing kelompok beranggotakan sekolah yang berbeda. Tak lain tujuannya agar saling mengenal hingga terbina ukhuwah. Akupun bergabung dengan kelompok baruku setelah sebelumnya para panitia akhwat mengumpulkan kami terlebih dahulu untuk membagi kelompok. Tak perlu berlama-lama untuk mendirikan tenda. Di sini kami diajarkan disiplin. Menghargai waktu.
            “Satu, dua, tiga! Hitungan kesepuluh kalian harus suydah berada di dalam masjid!” Suara yang tegas ini berasal dari Sang Pembina FOSAR yang telah mengenalkanku ke dalam dunia dakwah dan mengajarkan kami banyak hal.
            Mendengar instruksi itu kamipun berhamburan keluar tenda. Aku tergesa-gesa berlari. Tak mau terlambat. Kuabaikan perutku yang sakit. Di dalam ruangan masjid, kami mendengarkan materi. Materi-materi yang disampaikan berkaitan dengan organisasi, selain menambah pengetahuan kami tentunya sangat berguna bagi kami. Ketika adzan tiba, segala kegiatan dihentikan. Salah satu pelajaran lagi bagi kami agar senantiasa mengindahkan sholat tepat waktu. Syahdan, ketika waktu makan rasa persaudaraan begitu terasa. Bertemu saudara-saudara baru. Menjalin ukhuwah. Indah.
            “Priiit!” Suara peluit terdengar beberapa kali yang kemudian berhasil membangunkanku. Pukul dua malam. Akupun bangkit seraya membetulkan letak jilbabku. Yang ada dipikiranku kemudian setelah keluar dari tenda adalah mencari sandal!  Kulihat teman-teman lainnya sudah berlari menuju arah peluit dibunyikan. Sandalku!. Tak perlu berlama-lama merasa girang karena akupun harus berlari dan berlari. Aku tak boleh terlambat! Kantukku lenyap seketika. Dingin yang mnyergap tak kami pedulikan. Berlari dan berlari mengikuti sumber bunyi peluit yang berpindah-pindah. Tho’at. Mentalpun turut diuji. Lagi, kami mengambil pelajaran.
            Ahad pagi. Tak ada lagi suara peluit ataupun berlari. Kali ini diisi dengan ta’aruf dengan para panitia akhwat dan juga games. Girang (lagi). Suasana pagi itu menambah keakraban kami. Langkah awal menuju amal jama’i. Memancarkan pesona ukhuwah Islamiyah.
            Usai agenda tersebut, kami kembali berkumpul dalam ruangan pun begitu para ikhwan. Saatnya penutupan acara. Serangkaian sambutan, kemudian dilanjutkan dengan pengumuman. Lagi, baru aku tau ternyata serangkaian kegiatan yang kami jalani sejak sehari yang lalu termasuk dalam rangka re-organisasi. Dan, nama-nama yang disebutkan telah terstruktur menjadi kepengurusan yang baru. Melanjutkan amanah. Allah.. akankah kami sanggup ? Hanya Pertolongan dari-Mu yang memudahkan jalan ini. Suasana seketika berubah menjadi haru. Bercampur aduk yang kami rasakan. Masing-masing dengan apa yang dirasaknnya sendiri. Tangis peacah memenuhi ruangan ketika kemudian do’apun dilantunkan. Menambah syahdu perpisahan. Tetapi Allah selalu menguatkan. Menyatukan kami dalam tali agama Allah. Dalam lingkaran ukhuwah.
______________
            Barisan-barisan rapi memenuhi sepanjang jalanan. Teratur dalam tho’ifah nya masing-masing. Ada yang memegang spanduk bertuliskan mengenai penolakan hari valentine. Gagah dan penuh semangat. Sedang barisan paling depan tengah berorasi. Mencoba menghipnotis masyarakat di sekeliling yang turut melihat.
            Aksi penolakan Valentine Day hari itu berjalan dengan lancar. Salah satu dari sekian rangkaian agenda FOSAR saat itu. Dengan penuh keyakinan mereka menolong agama Allah. Semangat pemuda yang menggelora. Tak ubahnya seperti para pendakwah yang tengah berbicara di hadapan khalayak ramai, menyampaikan ajaran Allah. Senyumku mengembang kala barisan-barisan itu melewatiku. Sekali lagi. Indah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar