Oleh : Lathifa Adilla
Senja
langit menyapaku, semakin membawaku ke alam penuh ekspresi. Kebisingan
sekitarpun tak menggoyahkanku dalam diam, duduk tenang menekuri tulisan-tulisan
yang ada di hadapanku. Berbanding terbalik dengan jari-jemariku yang tengah
menari, sibuk menulis. Dukungan dari kelembutan angin yang berhembus seakan tak
ingin aku beranjak dari teras rumah. Membiarkanku terus terbuai dalam syahdu.
Namun pada akhirnya aku menyerah ketika alunan merdu sang muadzin terdengar.
Akupun bangkit dari dudukku untuk melaksanakan sholat magrib.
Lepas dari segala aktivitas, malampun menjadi muara untuk
membebaskan diri dari lelah.
“Sepertinya
sudah engkap semua.” Gumamku malam itu pada diri sendiri.
Kembali aku memastikan agar benda-benda yang ada di hadapanku
sesuai dengan daftar yang tengah kupegang. Tak ada yang terlewat. Awal yang
baik. Kemudian akupun menghampiri tempat tidur. Mengumpulkan energy untuk besok
dan tak boleh terlambat dating ke sekolah. Aku bersemangat.
FOSAR. Forum Silaturrahmi Antar ROHIS. Begitu yang
tertera dalam sebuah kertas yang ku dapat dua hari yang lalu. Sebuah organisasi
yang menaungi rohis-rohis sekolah di Lampung Selatan. Sebelumnya, aku sudah mengenalnya
ketika ia pertama kali ada. Pada saat itu aku duduk di bangku kelas delapan.
Aku dan beberapa teman sekolahku menghadiri sebuah acara yang dulu tak
kupahami. Mungkin acara itu bias dibilang seperti syuro atau musyawarah. Di
sana tak hanya kami, tetapi juga banyak teman dari beberapa sekolah lainnya.
Bahkan tak hanya siswa SMP sepertiku, tak sedikit mba-mba yang mengenakan seragam putih abu-abu kudapati di ruangan
itu. Pandanganku beralih kepada sosok yang tengah berbicara di depan. Beliau
berbicara dengan penuh semangat, kepada kami yang berada di hadapannya. Beliau mengedarkan
pandangan mulai dari barisan ikhwan sampai ke barisan akhwat. Lalu bayangan
yang muncul dalam ingatanku kemudian, beberapa akhwat dan ikhwan saling
berdiskusi secara terpisah. Salah seorang di antara kerumunan akhwat adalah
temanku yang kemudian terpilih sebagai sekretaris keputrian setelah diskusi
yang terjadi antara mereka. Peresmian nama forum yang menjadi cita-cita para
senior pejuang dakwah dan akan menjadi sarana para penerus mujahadahpun
disepakati. Baru kemudian aku tau tujuan dari acara kala itu. Sehingga,
lahirlah nama FOSAR yang kemudian dilengkapi dengan adanya pembina dan ketua
serta ketua khusus keputrian.
Matahari masih malu menampakkan dirinya. Situasi di
luarpun masih lengang. Hiruk pikuk kemudian memecah kesunyian setelah sang mentari
berani menampakkan dirinya. Akupun di antaranya, melangkahkan kaki menuju kelas
sebelas setelah sampai di gerbang sekolah.
“Tenda udah ?”
“Udah.”
“Kompor ?”
“Udah.”
“Lampu, tali ?”
“Udah lengkap semua kak.” Khairul menjawab pertanyaanku dengan
mantap.
Ketua ROHIS itu sebelumnya tampak sibukmenyiapkan
perlengkapan kelompok yang harus dibawa. Tak luput dari bantuan teman-teman
lainnya. Kemuadian, aku berserta teman-teman lainnya berkumpul di mushola
sekolah sebelum keberangkatan kami. Setelah memastikan persiapan sudah lengkap,
siang itu usai pulang sekolah kami berangkat. Bismillaahirrahmaanirrahiim, mengawali keberangkatan kami dengan
berdo’a terlebih dahulu. Semoga Allah meridloi kami.
Beberapa tenda sudah berdiri kokoh di taman masjid agung
kebanggaan warga kota kecil kami. Beberapa tenda lainnya sedang didirikan. Subhaanallaah. Akupun bersama
teman-teman menuju perkemahan akhwat, tentu saja Khairul dan teman-temannya
menuju perkemahan ihkwan. Karena memang terpisah.
Masing-masing kelompok beranggotakan sekolah yang
berbeda. Tak lain tujuannya agar saling mengenal hingga terbina ukhuwah. Akupun
bergabung dengan kelompok baruku setelah sebelumnya para panitia akhwat
mengumpulkan kami terlebih dahulu untuk membagi kelompok. Tak perlu berlama-lama
untuk mendirikan tenda. Di sini kami diajarkan disiplin. Menghargai waktu.
“Satu, dua, tiga! Hitungan kesepuluh kalian harus suydah
berada di dalam masjid!” Suara yang tegas ini berasal dari Sang Pembina FOSAR
yang telah mengenalkanku ke dalam dunia dakwah dan mengajarkan kami banyak hal.
Mendengar instruksi itu kamipun berhamburan keluar tenda.
Aku tergesa-gesa berlari. Tak mau terlambat. Kuabaikan perutku yang sakit. Di
dalam ruangan masjid, kami mendengarkan materi. Materi-materi yang disampaikan
berkaitan dengan organisasi, selain menambah pengetahuan kami tentunya sangat
berguna bagi kami. Ketika adzan tiba, segala kegiatan dihentikan. Salah satu
pelajaran lagi bagi kami agar senantiasa mengindahkan sholat tepat waktu. Syahdan,
ketika waktu makan rasa persaudaraan begitu terasa. Bertemu saudara-saudara
baru. Menjalin ukhuwah. Indah.
“Priiit!” Suara peluit terdengar beberapa kali yang
kemudian berhasil membangunkanku. Pukul dua malam. Akupun bangkit seraya
membetulkan letak jilbabku. Yang ada dipikiranku kemudian setelah keluar dari
tenda adalah mencari sandal! Kulihat
teman-teman lainnya sudah berlari menuju arah peluit dibunyikan. Sandalku!. Tak
perlu berlama-lama merasa girang karena akupun harus berlari dan berlari. Aku
tak boleh terlambat! Kantukku lenyap seketika. Dingin yang mnyergap tak kami
pedulikan. Berlari dan berlari mengikuti sumber bunyi peluit yang
berpindah-pindah. Tho’at. Mentalpun turut diuji. Lagi, kami mengambil
pelajaran.
Ahad pagi. Tak ada lagi suara peluit ataupun berlari.
Kali ini diisi dengan ta’aruf dengan para panitia akhwat dan juga games. Girang
(lagi). Suasana pagi itu menambah keakraban kami. Langkah awal menuju amal
jama’i. Memancarkan pesona ukhuwah
Islamiyah.
Usai agenda
tersebut, kami kembali berkumpul dalam ruangan pun begitu para ikhwan. Saatnya
penutupan acara. Serangkaian sambutan, kemudian dilanjutkan dengan pengumuman.
Lagi, baru aku tau ternyata serangkaian kegiatan yang kami jalani sejak sehari
yang lalu termasuk dalam rangka re-organisasi. Dan, nama-nama yang disebutkan
telah terstruktur menjadi kepengurusan yang baru. Melanjutkan amanah. Allah.. akankah kami sanggup ? Hanya
Pertolongan dari-Mu yang memudahkan jalan ini. Suasana seketika berubah menjadi
haru. Bercampur aduk yang kami rasakan. Masing-masing dengan apa yang
dirasaknnya sendiri. Tangis peacah memenuhi ruangan ketika kemudian do’apun
dilantunkan. Menambah syahdu perpisahan. Tetapi Allah selalu menguatkan.
Menyatukan kami dalam tali agama Allah. Dalam lingkaran ukhuwah.
______________
Barisan-barisan rapi memenuhi sepanjang jalanan. Teratur
dalam tho’ifah nya masing-masing. Ada
yang memegang spanduk bertuliskan mengenai penolakan hari valentine. Gagah dan
penuh semangat. Sedang barisan paling depan tengah berorasi. Mencoba
menghipnotis masyarakat di sekeliling yang turut melihat.
Aksi penolakan Valentine Day hari itu berjalan dengan lancar.
Salah satu dari sekian rangkaian agenda FOSAR saat itu. Dengan penuh keyakinan
mereka menolong agama Allah. Semangat pemuda yang menggelora. Tak ubahnya
seperti para pendakwah yang tengah berbicara di hadapan khalayak ramai,
menyampaikan ajaran Allah. Senyumku mengembang kala barisan-barisan itu
melewatiku. Sekali lagi. Indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar